Pengikut

Selasa, 23 Desember 2008

cAri KerJa dI jaKaRta

Sekitar tahun 2006 kira-kira bulan April aku dan sepupuku mencoba peruntungan nyari kerja di Jakarta. Kalau sepupuku sih tepatnya gak niat Cuma dikirim ortunya aja di Jakarta biar jauh ama pacarnya yang di Jember karena tidak pacarnya masih pengangguran dengan maksud agar bisa melupakan sang pujaan hati. Padahal yah tiap hari terjadi telpon-menelpon dengan sang pacar. Setelah satu bulan menetap di rumah bibiku akhirnya aku dan sepupuku si Farrah ada juga panggilan tes bca di slipi.

Maka pagi buta itu sekitar jam 5 pagi aku berjalan kaki keluar dari perumahan laguna cibubur yang masih sepi, krik krik krik. Perjalanan dilanjutkan dengan naik angkot ke kampung rambutan. Pagi itu aku rapi jali plus sepatu baru pemberian dari sepupu ibuku, aku memanggilnya cek ika (sebutan dalam bahasa palembang). Pokoknya pede abis . 


Setiba di kampung rambutan segera mencari bus arah slipi. Begitu bus datang ternyata sudah penuh. orang2 yang bergelantungan sampai di pintu. Dua bus arah slipi sudah berlalu dengan sarat penumpang. Akhirnya aku dan sepupu nekat naik bus ketiga yang udah penuh. bener ampe didalam kita bergelantungan layaknya primate dengan posisi terjepit nggak bisa nengok kanan kiri saking penuhnya. Tiba ditengah perjalanan ada cewek bergelantungan yang pingsan. langsung aja di gotong melewati kepala-kepala manusia menuju tempat yang disediakan oleh cowok yang baik hati yang mau memberikan kursinya pada cewek tersebut. Duh baiknya cowok itu.. kece lagih.. pas banged deh. Kali ini Pak kondektur pasang aksi mengeluarkan jurusnya yaitu minyak angin cap nyong-nyong dari saku celananya. Dengan telunjuk berminyak angin, pak kondektur mengarahkan ke hidung si pasien.

Slipi... slipi... akhirnya…Dengan posisi bus berjalan lambat kita disuruh turun paksa tanpa bus berhenti sepenuhnya untung saja kita tidak jatuh babak bundas. aku dan sepupu turun juga. Begitu menginjakkan kedua kaki di aspal aku menghirup udara segar yang tadi tidak kudapat dai dalam bus yang sesak. Kulangkahkan kaki dengan pasti menuju jembatan penyebrangan. Tiba-tiba ada beberapa orang berteriak kepadaku “ Mbak solnya ketinggalan tuh” alamak… 




Kulihat sepatu baruku stdah tak mulus, kulitnya mengelupas semua bak diterkam macan. Apa yang terjadi dengan sepatu baruku ini? Aku cuma bisa nyengir kuda




wuih aku kembali ambil sol sepatuku dan lari dengan agak dingklang menyusul sepupu yang udah naik jembatan penyeberangan. Wah kau malu-maluin aja kata sepupuku, pantas dia meninggalkanku. Ini untung atau tambah apes ya? Di tengan jembatan penyebrangan sol sepatukuku yang satu lagi lepas. Tapi jalanku jadi imbang. Makin jeleklah wajah sepatu baruku ini .


Setiba di wisma bca untunglah tak ada orang yang melihat ke arah bawah tepatnya sepatuku. Tiba dilantai kesekian tempat tes tepat pukul 9 pagi. Beberapa tes aku lalui dengan aman. Sepatuku tidak mendapat perhatian khusus. Satu persatu peserta berguguran. sampai akhirnya tes wawancara hanya tersisa 4 orang termasuk aku dan sepupuku. tiba giliranku tes interview aku deg-degan. Silahkan masuk, begitu kata penginterview mempersilahkan aku masuk ke dalam ruangannya. Senyum tipisnya seakan mencoba menghiburku . 




Kucoba duduk perlahan. Pertanyaan demi pertanyaan kujawab sudah. Ufftt akhirnya selesai juga pikirku. Lalu.. pluk… pulpen sang penginterview jatuh. owww...




aku mencoba menyembunyikan sepatuku tapi terlambat beliau sepertinya melihat sepatuku yang gak kalah ama penyapu jalanan. malah masih bagus sepatu penyapu jalanan. Trus aura mukanya kelihatan kasihan banget ama aku. Jadi pembicaraannya yang kasihan-kasihan. Jadi kayak mau nangis aja .



Akhirnya aku dipersilahkan keluar ruangan. Yah begitulah sampai diluar sampai rumah bibiku jam 9 malam. dan hasilnya aku dan sepupuku tidak diterima. Menyedihkan hiks hiks hiks . 




Dan kami memutuskan untuk pulang kampung, lebih tepatnya sepupuku yang memutuskan pulang karena akhirnya pacarnya mendapatkan kerja dan sudah melamar juga disetujui oleh budheku dan mereka menikah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar